Alhamdulillah, pada kesempatan ini saya bisa kembali berbagi sebuah hadits yang mudah-mudahan bisa kita pahami maknanya, menjadi obat hati sekaligus sebagai sarana untuk menyiaminya, sehingga bisa mempertebal keimanan kita kepada Allah SWT melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW. Dalam kesempatan ini, melalui blog Berbagi Hadits Tiap Hari pada kategori Hadits Qudsi, saya akan berbagi sebuah hadits yang diberi judul “Vonis Kafir untuk yang Percaya Bintang”. Mengapa diberi judul seperti itu? Mari kita simak hadits di bawah ini!
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Shalih bin Kaisan dari 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?" Orang-orang menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Beliau bersabda: '(Allah berfirman): 'Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Orang yang berkata, 'Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya', maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata, '(Hujan turun disebabkan) bintang ini atau itu', maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'."
Akidah yang benar merupakan inti dari kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Akidah merupakan wilayah yang sensitif dalam diri manusia. Jika kita tidak mampu menjaganya dengan baik, bukan tidak mungkin kita akan terjerumus dalam kesalahan-kesalahan yang tidak kita sadari. Contohnya seperti yang dipaparkan pada hadits di atas. Pada dasarnya, hujan turun tidak lain merupakan sebuah karunia dari Allah SWT. Ketika ada ungkapan lain yang memberi makna bahwa itu bukan semata-mata sebagai sebuah karunia dari Allah SWT, dalam hadits di atas didefinisikan sebagai sebuah perbuatan yang menunjukkan kekafiran.
Bagi sebagian orang, istilah kafir merupakan hal yang tabu, merupakan perbuatan yang sangat berat, sehingga istilah tersebut sangat jarang diungkapkan. Memang, dalam beberapa referensi, Istilah kafir merupakan predikat yang memvonis sebuah perbuatan pada wilayah akidah, dimana perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang sangat fatal. Sehingga, orang yang divonis kafir adalah orang yang memang benar-benar telah berbuat fatal terhadap akidahnya. Karenanya, bagi sebagian orang, istilah kafir merupakan predikat yang mahal, merupakan predikat yang kalau bisa diungkapkan sebagai jalan terakhir untuk memvonis, mengingat kensekuensinya sangat berat.
Walaupun dimikian, ada baiknya kita mengkaji sedikit mengenai definisi kafir. Secara bahasa, kafir kafir berasal dari kata ingkar. Sedangkan kafir sendiri memiliki arti orang yang berbuat ingkar. Yang menjadi berat adalah, predikat kafir merupakan vonis yang digunakan dalam wilayah aqidah, sebagaimana contoh yang dipaparkan dalam hadits di atas. Persoalannya adalah, akidah merupakan wilayah yang sifatnya mutlak. Kita tidak bisa bermain-main dengan akidah. Saat ini, banyak yang mengakrabkan diri dengan zodiak, dengan harapan bisa mengetahui hal-hal yang akan terjadi beberapa hari kedepan. Apakah perbuatan ini masuk dalam kategori perbuatan kufur seperti yang tertera dalam hadits di atas? Mari kita introspeksi diri, perbaiki apa yang harus diperbaiki dalam hidup kita agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Keimanan merupakan modal utama yang bisa mengantarkan pada kebahagiaan baik di dunia, maupun di akhirat. Keimanan juga merupakan kunci yang bisa membuka tabir serta sarana untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Karenanya, jika kita ingin mendapat keridhaanNYA, sekaligus ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, langkah yang harus diambil salah satunya yaitu dengan mempertebal keimanan. Tebalnya iman, bisa melindungi kita dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islami. Semoga, hadits yang didalamnya mengandung informasi bahwa “Vonis Kafir untuk yang Percaya Bintang”, bisa menjadi salah satu sarana bagi kita dalam upaya mempertebal keimanan kepada Allah SWT serta terhadap seluruh nilai-nilai yang terkandung dalam syari’at yang disampaikan melalui baginda Rasulullah SAW.
Bagi sebagian orang, istilah kafir merupakan hal yang tabu, merupakan perbuatan yang sangat berat, sehingga istilah tersebut sangat jarang diungkapkan. Memang, dalam beberapa referensi, Istilah kafir merupakan predikat yang memvonis sebuah perbuatan pada wilayah akidah, dimana perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang sangat fatal. Sehingga, orang yang divonis kafir adalah orang yang memang benar-benar telah berbuat fatal terhadap akidahnya. Karenanya, bagi sebagian orang, istilah kafir merupakan predikat yang mahal, merupakan predikat yang kalau bisa diungkapkan sebagai jalan terakhir untuk memvonis, mengingat kensekuensinya sangat berat.
Walaupun dimikian, ada baiknya kita mengkaji sedikit mengenai definisi kafir. Secara bahasa, kafir kafir berasal dari kata ingkar. Sedangkan kafir sendiri memiliki arti orang yang berbuat ingkar. Yang menjadi berat adalah, predikat kafir merupakan vonis yang digunakan dalam wilayah aqidah, sebagaimana contoh yang dipaparkan dalam hadits di atas. Persoalannya adalah, akidah merupakan wilayah yang sifatnya mutlak. Kita tidak bisa bermain-main dengan akidah. Saat ini, banyak yang mengakrabkan diri dengan zodiak, dengan harapan bisa mengetahui hal-hal yang akan terjadi beberapa hari kedepan. Apakah perbuatan ini masuk dalam kategori perbuatan kufur seperti yang tertera dalam hadits di atas? Mari kita introspeksi diri, perbaiki apa yang harus diperbaiki dalam hidup kita agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Keimanan merupakan modal utama yang bisa mengantarkan pada kebahagiaan baik di dunia, maupun di akhirat. Keimanan juga merupakan kunci yang bisa membuka tabir serta sarana untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Karenanya, jika kita ingin mendapat keridhaanNYA, sekaligus ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, langkah yang harus diambil salah satunya yaitu dengan mempertebal keimanan. Tebalnya iman, bisa melindungi kita dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islami. Semoga, hadits yang didalamnya mengandung informasi bahwa “Vonis Kafir untuk yang Percaya Bintang”, bisa menjadi salah satu sarana bagi kita dalam upaya mempertebal keimanan kepada Allah SWT serta terhadap seluruh nilai-nilai yang terkandung dalam syari’at yang disampaikan melalui baginda Rasulullah SAW.
Comments